Konten [Tampil]
Komunikasi dalam keluarga bagi saya adalah hal yang paling penting untuk diperhatikan. Baik berkomunikasi dengan pasangan ataupun anak-anak, kita wajib mengetahui bagaimana cara berkomunikasi yang baik. Komunikasi yang baik akan menciptakan keharmonisan dalam keluarga. Lalu bagaimanakah cara berkomunikasi yang baik di dalam keluarga? Pahami dulu yuk apa yang dinamakan dengan komunikasi!
Apa itu Komunikasi?
Menurutk KBBI komunikasi adalah pengiriman pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Dilihat dari artinya, di dalam komunikasi berarti ada pengirim pesan dan ada penerima pesan. Di mana aktifitas keduanya ini merupakan take and give. Apa yang dimaksud dengan take and give di sini? Maksudnya adalah ketika si A menyampaikan pesan kemudian si B menerima pesan dan memberi respon. Itulah yang dinamakan dengan komunikasi take and give.Komunikasi yang baik atau komunikasi yang ideal adalah komunikasi yang terjadi dua arah. Antara pengirim pesan dan penerima pesan berkomunikasi dengan baik dan saling menanggapi. Sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat dipahami dengan baik.
Lalu bagaimana bisa komunikasi berpengaruh dalam pola pengasuhan? Seperti yang kita tahu bahwa banyak hal dalam pengasuhan tergantung bagaimana kita berkomunikasi. Apakah kita bisa berkomunikasi dengan baik sehingga anak-anak bisa memahami apa yang ingin kita sampaikan?
3 Bentuk Komunikasi dalam Keluarga yang Berperan dalam Pola Pengasuhan
1. Samakan frekuensi dalam berkomunikasi
Pernah tidak ketika kita mendengarkan radio kita mendapatkan saluran yang berbeda karena memutar frekuensi yang salah? Untuk mendengarkan saluran yang kita mau, kita harus memutar frekuensi yang sama dan pas. Begitu juga dalam berkomunikasi, menyamakan frekuensi antara satu dan yang lainnya dalam sebuah keluarga adalah hal yang sangat penting. Komunikasi yang terjalin dengan baik adalah komunikasi yang memiliki frekuensi yang sama.Untuk menyamakan frekuensi dibutuhkan kedekatan hati. Mengapa saat kita bertengkar kita saling berteriak? Jawabannya sangatlah sederhana, pakar komunikasi mengatakan bahwa ketika kita bertengkar hati kita jauh.
Ketika hati kita jauh kita membutuhkan atau mengangap bahwa kita harus bersuara keras agar pesan kita tersampaikan kepada orang yang kita kirimi pesan. Semakin jauh hatinya, semakin jauh teriakan yang harus dikeluarkan
Sebaliknya, ketika kita memiliki frekuensi yang sama, hati kita dekat. Tidak perlu berteriak, cukup berbisik-bisik saja maka kita sudah bisa berkomunikasi dengan orang lain.
Dalam keluarga berarti kita cukup berbisik pada pasangan kita. Cukup berucap lembut pada anak anak kita sudah merasa pesannya sampai.
Hal lain yang dibutuhkan dalam komunikasi agar komunikasi itu bisa berjalan dengan baik adalah menghindari gangguan pada saat kita sedang berkomunikasi. Adanya gangguan akan mengakibatkan pesan yang ingin kita sampaikan kepada pasangan atau anak-anak, tidak bisa diterima dengan baik.
2. Gunakan Komunikasi Verba dan Non Verba dengan Baik
Apa itu komunikasi verba dan non verba? Komunikasi verba merupakan komunikasi yang berbentuk tulisan ataupun lisan. Disebut juga komunikasi dengan kata-kata. Sedangkan komunikasi non verbal adalah komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata, misalnya komunikasi menggunakan bahasa tubuh, mimik wajah, intonasi bicara, dll.Sebagai contoh komunikasi non verbal adalah ketika kita marah biasanya intonasi kita tinggi, berbeda hal ketika berbicara lembut intonasinya rendah. Begitu juga dengan bahasa tubuhnya, mungkin ketika marah mata kita akan melotot, wajah bersungut, dll. Berdiam diri saja juga sudah termasuk komunikasi non verbal.
Menurut ahli komunikasi, komunikasi non verbal justru lebih sampai pesannya dibanding dengan komunikasi verbal. Suatu ketika, ada seorang anak yang selalu berkata kata kasar kepada orang lain. Setelah ditelusuri, ternyata di rumah mereka terbiasa menggunakan kata-kata kasar dengan intonasi yang keras pula. Oleh karena itu, si anak beranggapan kalau kita ingin menyampaikan pesan kepada orang lain seperti itulah caranya. Kata-kata kasar dan intonasinya keras. Boleh jadi si anak tidak merasa bahwa itu adalah kata-kata atau intonasi yang salah, karena dia terbiasa di dalam keluarga dengan intonasi seperti itu.
Itulah mengapa komunikasi verba dan non verba perlu diperhatikan untuk pola pengasuhan. Sebagai orang tua kita perlu berhati-hati dalam menggunakan komunikasi verba dan non verba. Karena anak adalah peniru ulung. Keluarga adalah faktor lingkungan yang sangat berpengaruh. Cara kita berkomunikasi dalam keseharian menjadi kebiasaan dan pola asuh anak.
3. Membiasakan Menggunakan 3 Magic Words
Menurut para ahli komunikasi, terdapat 3 magic words yang bisa kita gunakan untuk berkomunikasi dalam keluarga. Tiga kata ajaib ini dianjurkan untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik berkomunikasi dengan pasangan, ataupun orangtua dengan anak-anak. Apa sih yang dimaksud dengan 3 kata ajaib ini? Tiga kata ajaib yang dimaksud adalah kata maaf, tolong, dan terimaksaih.Percaya atau tidak dengan mengubah kata menjadi 3 magic words, penyampaian pesan akan lebih mudah diterima dengan perasaan yang berbeda. Misalnya saja, ketika kita menyuruh anak kita untuk membereskan mainannya. Saat kita menggunakan kata “tolong” untuk mengubah kalimat perintah pada anak untuk membersihkan mainannya, akan tersampai pesan yang berbeda, lebih halus, dan lebih tersampaikan. Berbeda ketika kita menyuruhnya sambil teriak, marah-marah, maka anak pun akan menerima pesan tersebut dengan perasaan yang tidak dapat diterima.
Begitu juga misalnya ketika pasangan kita meminta kita mengambilkan teh panas dengan menggunakan kata tolong. Akan terasa lebih dihargai. Apalagi ditambahkan dengan “terimakasih ya bunda sudah membawakan teh panas”. Pasti kita akan merasa sangat terapresiasi. Walaupun memang sudah kewajiban seorang istri untuk melayani suaminya, namun ketika diminta dengan kata tolong, maaf, dan terimakasih akan terasa sangat berbeda.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, mengucapkan 3 magic words ini menjadi ucapan yang sangat penting karena akan memberikan apresiasi kepada si penerima. Akan sangat terasa luar biasa.
Contoh lainnya, ketika anak kita bangun pagi tepat waktu misalnya, sampaikan terimakasih kepada mereka karena sudah bangun pagi tepat waktu sehingga bisa shalat subuh berjamaah. Tidak usah berteriak untuk membangunkan anak adalah hal luar biasa, anak merasa dihargai atas hal itu.
Pemberian apresiasi itu sangat penting karena akan memunculkan respon yang berbeda. Anak akan merasa dihargai dan merasa bangga atas apresiasi yang diberikan oleh orang tuanya. Cukup dengan mengucapkan 3 magic words. Sederhana bukan?
Oleh karena itu, menerapkan 3 magic words dalam keluarga akan mengubah keabiasan kita dalam berkomunikasi rumah-tangga.
Anakku tuh usia 18 bulan udah suka ngomong terima kasih...sama sama..itu dijwab sendiri ma dia hwkakaka...
ReplyDeleteSatu lagi, kebiasaan membuang sampah ya memang itu semua kembali ke kebiasaan di rumah ya
Duh, aku pun sama suami nih masih harus terus belajar
Makash mbak manda
Penjelasannya bermanfaat sekali, terimakasih..
ReplyDeleteAku tertampar banget Mak. Bentuk komunikasi yang benar benar harus aku praktekkan .. meski sulit ...
ReplyDeleteTernyata kom7nikasi dalam keluarga sangat berperan dlm membentuk karakter anak ya.
ReplyDelete3 magic words itu, mudah ngajarinnya, gak mudah nerapinnya, buat orang dewasa gak gampang utk terbiasa mengucapkannya juga
ReplyDelete3 magic words itu emang bener2 magic, ajaib banget. Kalau ngomong pelan lembut dan halus ditambah 3 magic words itu rasanya adem. Mau marah juga jadi enggan, marahnya lebih elegan kalau kata ku xD
ReplyDeleteMakasih tips nya sangat bermanfaat
ReplyDeletemaaf, tolong, terima ksih yang tak hanya sekedar diucap namun dimaknai dan semoga menjadi habit baik sampai masa mendatang ya mbak
ReplyDeleteKomunikasi sangat penting ya mb. ✊👍
ReplyDeleteYesss, 3 magic words yg sampai hari ini masih terus saya latih utk saya praktekkan dalam keseharian membersamai kedua balita saya. Sederhana tetapi luar biasa efeknya. Duo balita yg sama-sama aktif dan seringnya bikin simpul saraf saya menegang krn menahan emosi, namun mau tidak mau saya sbg org tua harus berkenan merendahkan intonasi suara dan mengucapkan tiga kata ajaib tersebut. Dan yaaa, pada ujungnya saya dan mereka sama-sama belajar untuk menyamakan frekuensi dalam prosesnya 😀. Thank for sharing mba Dea. Sangat bermanfaat informasinya 🙏
ReplyDeleteMaaf, tolong, terima kasih, kadang orang tua abai mengatakannya, menganggap bahwa orang tua selalu benar
ReplyDeleteterimakasih pengingatnya mbaa.. 3 magic words yang harus selalu diingat dan jadi habit keluarga
ReplyDeletemenyamakan frekuensi saat emosi adalah tantangan terberat. menjaga intonasi suara agar tetap lembut dan rendah.. hmmm masih banyak PR yg harus dibenahi. makasih mb, sharingnya..
ReplyDeleteMakasih mba atas sharingnya. Masih perlu banyak belajar lagi untuk persiapan menjadi orang tua, salah satunya mungkin belajar komunikasi di dalam keluarga, belajar ilmu parenting, dll. Ouh iya sama belajar nerapin 3 words magic.
ReplyDeleteKomunikasi dalam keluarga memang perannya sangat penting untuk menjaga keharmonisan keluarga sepanjang masa.
ReplyDelete3 words magic itu yang menurut saya sangat sulit diterapkan di dalam komunikasi keluarga.
Semoga saya bisa mempraktikkan 3 komunikasi ini
Alhamdulillah sudah membiasakan anak-anak dengan three magic words, tetapi untuk intonasi dan ekspresi saya masih harus belajar sabar. 🤭
ReplyDeleteKomunikasi yang baik memang sangat dibutuhkan di mana saja ya Mba, hal mendasar agar terciptanya sebuah kedamaian. Keren tulisannya, sangat bermanfaat
ReplyDeleteSuka lupa tentang ini hihi. Makasih ilmunya Kak keren sekali
ReplyDeleteKunci pendidikan awal anak ada di ortu berarti ya kak
ReplyDeleteMembiasakan mengucapkan magic word di rumah itu sederhana tapi efeknya luar biasa
ReplyDeleteKomunikasi emang koentji. Apalagi rumah tangga yg akan dijalani seumur hidup. Komunikasi rusak, rumah tangga bisa ambyar. Ibarat rumah udah kek pondasi lah ya... 😊
ReplyDeleteMadrasah pertama anak adalah orangtuanya. Karena apa yang orangtua lakukan pasti akan ditiru oleh anak.
ReplyDeleteHemm... Komunikasi ke anak udah oke. Komunikasi ke pasangan yang perlu perbaikan sepertinya.
ReplyDeletePerlu pembiasaan terus menerus untuk bisa menerapkan 3 magic word ini
ReplyDelete