Konten [Tampil]
Negeri 5 Menara, film yang diadaptasi dari novel karya A. Fuadi ini menarik perhatian saya saat saya sedang mencari film yang ingin aku tonton di Netflix. Ya, Novel Negeri 5 Menara adalah salah satu novel favorite saya saat kuliah.
Saya ingat betapa novel tersebut memantik semangat saya untuk "mennemukan sesuatu” dalam diri saya, pertama kalinya dalam hidup membuat saya tertarik dengan dunia pesantren, bahkan menimbulkan penyesalan dahulu kenapa saya tidak pesantren. Ya, sebesar itu lah pengaruh noval karya A. Fuadi itu.
“Man Jadda Wa Jada”Menjadi motto saya saat itu. Sampai saya melihat Film Negeri 5 Menara, saya baru teringat kembali dengan satu kalimat pemantik, baik dalam novel ataupun film Negeri 5 Menara.
Sinopsis Film Negeri 5 Menara
Film yang disutradarai oleh affandi Abudlrahman itu diawali dengan kisah seorang anak laki-laki benama Alif (Gaza Zubizareta) dan temannya, Randai (Sakurta Ginting) yang memiliki cita-cita berkuliah di Institut Teknologi Bandung. Untuk mencapai cita-citanya tersebut, merja bertekad untuk melanjutkan Sekolah Menenga Atas yang popular di Bukit Tinggi.
Sayangnya, Alif harus dihadapkan pada pilihan yang sulit karena kedua orang tuanya (David Chalik dan Lulu Tobing) menginginkan Alif melanjutkan pendidikannya ke sebuah pesantren di Ponorogo, Jawa Timur.
Meskipun Alif sempat memberontak, dengan berat hati Alif menyetujui keinginan orang tuanya dan harus mengubur impiannya dalam-dalam.
Setibanya di Pesantren Madani – nama pesantren yang terletak di daerah Ponorogo tersebut, Alif mulai membiasakan diri dengan lingkungan barunya. Awalnya, Alif hanya bersikap setengah hati dalam melakukan proses kegiatan belajarnya di pesantren tersebut. Namun, lama-kelamaan, Alif mulai menikmati kehidupan barunya, khususnya setelah ia mengenal sahabat-sahabat barunya, Baso (Billy Sandy) yang berasal dari Gowa, Atang (Rizki Ramdani) yang berasal dari Bandung, Raja (Jiofani Lubis) yang berasal dari Medan, Said (Ernest Samudera) yang berasal dari Surabaya serta Dulmadjid (Aris Putra) yang berasal dari Madura. Bersama-sama, keenam anak lelaki yang menemukan diri mereka sebagai Sahibul Menara tersebut mulai menjalani berusaha semampu mereka untuk belajar guna membangun titian hidup yang lebih baik lagi di masa yang akan mendatang.
Review Film Negeri 5 Menara
Tak bisa dipungkiri, meskipun gambaran dalam film tak seperti dalam novelnya, akan tetapi Film Negeri 5 Menara, memberikan motivasi yang membekas. Hal yang saya sadari adalah tak sedikit anak dari keluarga strata sosial menengah ke bawah, yang memiliki mimpi besar.
Mimpi yang tak sekadar mimpi. Akan tetapi, mimpi yang benar-benar mereka perjuangkan. Mereka selalu memiliki alasan untuk mencapai cita-cita mereka.
Kekurangan dari film ini adalah kurangnya konflik yang berarti dalam alur cerita. Sehingga alur ceritanya terkesan datar. Terlebih lagi seperti merombak habis dari novelnya, sehingga keterikatan emosi sebagaimana emosi ketika saya membaca novelnya, tidak ada. Alias kurang mengena. Padahal, cerita dalam novelnya dikemas apik hingga membuat pembaca sulit move on.
Belum lagi ending dari cerita film Negeri 5 Menara, yang terkesan terlalu terburu-buru di tampilkan. Akhirn cerita yang terkesan memaksa ini tak heran membuat penonton sedikit kecewa. Apalagi bagi kita yang sudah telebih dahulu membaca novelnya.
Meskipun demikian, film Negeri 5 Menara bukan lah film yang tidak layak untuk ditonton. Moms, akan tetap dapat merasakan simpati dengan perjuangan setiap karakter mereka. Serta plot komedi dalam beberapa skenario membuat kita bisa menikmati jalan cerita dan karakter-karakter dalam film Negeri 5 Menara.
Post a Comment
Post a Comment